Senin, 21 September 2015

Kekeringan Air Di Indonesia disebabkan oleh Gejala El Nino


Air adalah salah satu dari sekian banyak sumber daya alam yang sangat di butuhkan bagi kehidupan makhluk hidup. Air membantu aktivitas kehidupan bagi semua mahluk hidup, terutama manusia. Tidak hanya manusia saja yang membutuhkan air tetapi tumbuhan dan hewan maupun tanah sangat mrembutuhkan air dalam kehidupannya.

Para ahli hidiologi berpendapat bahwa jumlah air dibumi ini sebanyak 1.360 juta km3 , yang terdiri dari air asin 1.322.6 juta km3 (97.25%) dan air tawar 37.4 juta km3 (2.75%).

Hidiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari air yang mengalir di permukaan bumi (misalnya sungai) dan air yang terdapat di dalam bumi (misalnya tanah).


Para ahli menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh dibawah kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Kekeringan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 

a. Kekeringan meteorologis berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim, 

b. Kekeringan hidrologis berkaitan dengan kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah, 

c. Kekeringan pertanian berhubungan dengan kekurangan kandungan air di dalam tanah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas.


Dampak yang ditimbulkan dari kekeringan sangatlah besar, yaitu menyebabkan penderitaan yang hebat bagi umat manusia. Karena itu kekeringan adalah salah satu bencana alam yang dapat mematikan bagi manusia. Bagi Indonesia sendiri bencana kekeringan adalah bencana tahunan yang selalu mampir secara teratur. Artinya kita setiap tahun pasti akan menerima dampak kekeringan sebagai akibat perubahan iklim meskipun dengan intensitas yang berbeda-beda. Dengan kepastian adanya bencana kekeringan setiap tahun maka antisipasi, manajemen dan perlakuannya dalam penanggulangan bencana kekeringan mestinya semakin hari semakin baik. Kelemahan pada pengalaman tahun-tahun sebelumnya akan menjadi pelajaran untuk diperbaiki pada tahun ini dan dimasa yang akan datang.

Namun nyatanya, dilapangan semua itu ternyata belum tentu terjadi. Pemerintah belum kelihatan siap menyongsong musim kekeringan tahun ini. Seperti misalnya, pengadaan pompa air, ataupun pemanfaatan bom air untuk memadamkan kebakaran hutan yang telah terjadi dimana mana.

Pada tahun 1997, terjadi bencana kekeringan yang luas di Indonesia. Saat itu, kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan mendapat perhatian internasional karena asapnya mengganggu negara tetangga.

Tahun 2015 kekeringan yang luas terjadi lagi di Indonesia. Menyebabkan terjadinya kebakaran hutan, tepatnya diwilayah Sumatera dan Kalimantan. Kekeringan yang terjadi di indonesia berkaitan dengan fenomena ENSO (El nino Southern Ocilation). Dampak El Nino terhadap kondisi cuaca global adalah :

a. Angin pasat timuran melemah.

b. Sirkulasi Monsoon melemah.

c. Akumulasi curah hujan berkurang di wilayah Indonesia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian Utara. Cuaca di daerah ini cenderung lebih dingin dan kering.

d. Potensi hujan terdapat di sepanjang Pasifik Ekuatorial Tengah dan Barat serta wilayah Argentina. Cuaca cenderung hangat dan lembab.

El Nino diprediksi akan menguat mulai Agustus hingga Desember 2015. Tren penguatan El Nino 2015 ini ditunjukan dengan kenaikan indeks ENSO dari 1,6 pada Juni menjadi 2,2 pada Desember 2015. 

Panjangnya musim kemarau di berbagai tempat di Indonesia, terutama di sebelah selatan khatulistiwa diduga merupakan dampak dari fenomena El Nino yang kini telah mencapai level sedang.

El Nino adalah gejala penyimpangan kondisi peningkatan suhu permukaan laut yang signifikan di Samudera Pasifik sekitar ekuator, khususnya di bagian tengah dan timur. Hal ini berdampak pada pengurangan jumlah curah hujan yang signifikan di Indonesia.

YSPNA
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar